Beranda / Artikel / Dealer BYD Kolaps di Shandong, Uang Konsumen Raib, Showroom Kosong
Artikel

Dealer BYD Kolaps di Shandong, Uang Konsumen Raib, Showroom Kosong

Tigor Sihombing
02 June 2025 09:56

Jakarta, Goodcar.id - Krisis besar tengah mengguncang dunia otomotif China. Sejak April 2025, lebih dari 20 dealer bermerek “Qian” milik Shandong Qiancheng Holdings Co., Ltd., mitra strategis BYD di Provinsi Shandong, dilaporkan tutup mendadak. Akibatnya, ribuan konsumen kehilangan akses layanan yang telah mereka bayar di muka—termasuk program asuransi tiga tahun, perawatan berkala, hingga layanan purna jual lainnya.

Showroom BYD yang sebelumnya megah kini kosong dan tak beroperasi, termasuk Jinan Qiansheng, yang pernah dipromosikan sebagai "flagship store terbesar BYD di Greater China". Kini, hanya dua staf yang tersisa di lokasi.

Janji Manis Asuransi 3 Tahun yang Berujung Nestapa

Salah satu sumber kekecewaan terbesar konsumen adalah paket “asuransi gabungan 3 tahun”. Program ini mewajibkan konsumen membayar di muka sebesar 10.000–15.000 yuan (setara Rp22–33 juta), dengan janji bahwa dealer akan mengganti premi tahun kedua dan ketiga setelah pembayaran awal dilakukan.

Namun sejak krisis mencuat, ratusan konsumen melaporkan tidak menerima pengembalian dana seperti yang dijanjikan. Sebaliknya, mereka mendapati showroom telah tutup dan staf penjual menghilang. Tak sedikit dari mereka kini membentuk kelompok perlindungan konsumen yang anggotanya mencapai lebih dari 500 orang, untuk menuntut kejelasan dan tanggung jawab.

Qiancheng bukan pemain kecil di jaringan dealer BYD. Didirikan pada 2014, perusahaan ini pernah mengelola lebih dari 20 dealer BYD di wilayah Shandong dengan penjualan tahunan sebesar 3 miliar yuan (sekitar Rp6,6 triliun) dan lebih dari 1.200 karyawan.

Pada April 2024, Chairman BYD, Wang Chuanfu, bahkan sempat mengunjungi markas Qiancheng di Jinan—sebuah simbol pengakuan tertinggi atas status mereka sebagai mitra strategis. Namun, di balik pencapaian tersebut, masalah keuangan mulai muncul. Beberapa mantan pegawai mengaku tidak menerima gaji hingga enam bulan sejak 2024.

Menanggapi isu “rantai modal terputus” yang menimpa Qiancheng, BYD akhirnya buka suara pada 28 Mei 2025. Dalam pernyataan resminya, mereka membantah bahwa kebijakan dealer BYD menjadi penyebab krisis.

“Kebijakan kami terhadap dealer tetap stabil selama beberapa tahun terakhir,” klaim BYD. Mereka menyalahkan ekspansi buta dan penggunaan utang berlebih oleh Qiancheng sebagai penyebab utama runtuhnya jaringan dealer.

Namun, dokumen internal Qiancheng bertanggal 17 April 2025 justru menunjukkan narasi berbeda. Dalam surat tersebut, manajemen Qiancheng menyebut bahwa perubahan kebijakan dealer BYD telah memperberat arus kas mereka. Selain itu, kondisi eksternal seperti gagal bayar beberapa dealer otomotif lain di Shandong dan pengetatan pembiayaan dari bank lokal ikut memperburuk situasi.

Krisis ini membuka luka besar dalam hubungan antara produsen, dealer, dan konsumen. Banyak pelanggan yang memilih membeli mobil BYD bukan karena nama Qiancheng, melainkan karena reputasi BYD sebagai pemimpin mobil listrik dunia. Kini, mereka merasa ditinggalkan tanpa perlindungan, meski telah membeli lewat dealer resmi.

Meski BYD menyebut bahwa beberapa dealer lokal telah mengambil alih showroom yang tutup dan bantuan sedang disiapkan untuk menyelesaikan persoalan konsumen, sebagian besar korban menyatakan belum menerima solusi nyata. Batas waktu penyelesaian akhir Mei 2025 yang dijanjikan Qiancheng pun berlalu tanpa hasil.

Reputasi BYD China Dipertaruhkan

Krisis Qiancheng menjadi peringatan keras bagi industri kendaraan listrik China, yang tengah berusaha memperluas pasar ke berbagai belahan dunia. BYD sebagai salah satu pemain utama menghadapi ujian berat, bukan hanya soal penjualan, tetapi soal kepercayaan publik.

Ketika industri sedang bertransisi ke masa depan berbasis listrik, transparansi, integritas, dan perlindungan konsumen harus menjadi pilar utama. Jika tidak, inovasi secanggih apa pun tak akan cukup menyelamatkan reputasi.

Kasus dealer Qiancheng memperlihatkan bahwa pertumbuhan cepat tanpa pondasi finansial dan etika bisnis yang kuat bisa menjadi bumerang. Bagi ribuan konsumen, ini bukan sekadar soal kehilangan uang, tapi juga kehilangan rasa aman dan kepercayaan terhadap brand yang mereka pilih.

BYD kini menghadapi tantangan serius bukan hanya memperbaiki jaringan distribusi, tapi juga mengembalikan kepercayaan konsumen yang telah merasa ditelantarkan.

Tags
BYD
BYD bangkrut
BYD Kolaps
 
Kendaraan Terkait Lihat Semua